Kemampuan AR dalam menggunakan humor begitu efektif. Itu adalah salah satu alasan mengapa semua audiennya sangat menikmati seminar-seminar AR. Ketika AR ingin membuat audiennya tertawa, dia memerankan sikap badan (phisiology) seperti Robbins William. Melalui seminarnya AR secara konstan, menyuguhkan cerita lucu, menghibur atau suka bermain dengan beberapa audiennya.
Contoh : ketika AR memberi gambaran seseorang yang tidak punya motivasi untuk mencapai goalnya. AR akan melakukan gerakan tubuh (phisiology) persis seperti orang yang depresi (pundaknya agak turun/membungkuk, mata terlihat sedih, berdiri tanpa tenaga, ekspresi ‘mengomel’ (protes keadaan) diri sendiri tercermin di wajahnya). Dan dengan mimik sedih dan suara berat dia berkata, “Saya tidak taaahu... Mengapaaa tidak ada satu orang pun.... yang menyukai sayaaaa...... Saya sangat setressss...” . Audien yang mendengar dan melihat ekspresi-nya yang lucu dan blo’on menjadi tertawa. Mengapa? Karena AR melukiskannya dengan lucu dan penuh humor, membuat audien ingat akan pesannya.
Berikut mengapa AR menganggap bahwa humor sangat penting di dalam seminarnya:
“saya mengatakan bahwa humor adalah bagian dari kepribadian saya. Tetapi perlu diigat juga apa yang sudah saya katakan sebelumnya: Saya percaya bahwa setiap orang lebih suka acara hiburan dari pada seminar. Sehingga, saya menghadirkan itu dalam seminar saya, jika anda ceria, penuh humor dan anda punya materi yang bermanfaat bagi orang lain, mereka akan dengan suka hati mendengarkan pesan anda. Kebanyakan humor saya tidak saya rencanakan, itu semua terjadinya spontan begitu saja. Ketika saya mendapatkan reaksi positip dari audien, otak saya mengingat humor tsb. Dan di waktu yang lain, saat saya berbicara di seminar di tempat lain, saya gunakan humor tersebut.”
Saya berpikir bahwa ketika seseorang, berada dalam situasi penuh tawa dan gembira, anda mempunyai peluang untuk membuat anchor (magic moment) untuk memperkuat pesan anda dan bisa men-sharingkan presentasi anda dalam waktu yang cukup lama. Mengapa? Karena seseorang akan selalu ingat humor anda.
Bagi rekan-rekan yang pernah datang di seminar Pak Tung Desem, anda pasti ingat beberapa joke dan humor Pak Tung di seminarnya. Misal: saat cara Pak Tung menghimbau peserta seminar untuk mematikan HP-nya, beliau berkata: “Sekarang angkat tangan kanan anda, kecuali yang tidak punya tangan kanan. Pegang pundak teman anda sebelah kanan. Ikuti kata-kata saya: “Pak, pak, bu, bu, tolong handphone-nya dimatikan terima kasih.””. Lalu pegang pundak teman kiri anda, ikuti kata-kata saya, “Pak, pak, bu, bu, handphone sudah saya matikan terima kasih. ... dst”
Misal cara Pak Tung menjelaskan bahwa hidup ini perlu punya tujuan, TDW memberi perumpamaan seperti kita mau naik taxi. Pak Tung menceritakan kisah ini dengan gayanya yang khas.
“Sopir taxi akan menanyakan, tujuan kita kemana?
Lalu kita jawab : TERSERAH!
Ada 3 alternatif kejadian berikutnya. Sopir taxi yang pertama, akan mengejek anda, “Hidup kok nggak punya tujuan” dan dia bergegas tancap gas meninggalkan anda. Sopir yang kedua, tetap mengantarkan anda, tapi anda akan diturunkan di Rumah Sakit Jiwa. Mungkin dia pikir anda gila. Tapi sopir ketiga yang cerdas, akan menanyakan anda, berapa anda bawa uang. Lalu dia akan minta uang anda dan mengantarkan anda berkeliling sampai batas argo sesuai dengan jumlah uang anda, lalu anda akan diantarkan lagi di tempat semula anda naik taxi. “
(Para peserta yang mendengarkan kisah ini tertawa dan mengerti pesan yang disampaikan TDW). Inti pesan: Kita tidak akan pergi kemana-mana jika kita tidak menetapkan tujuan hidup kita.
Saya pernah juga menghadiri seminar Adam Khoo dari Singapore. Dia juga meniru gaya Mr. Bean untuk menunjukkan body language-nya.
Pelajaran yang bisa diambil di sini sangat jelas: Ketika anda menyampaikan sebuah presentasi tanpa ada humor di dalamnya, audien anda akan merasakan suasana monoton dan keganjilan di dalam pesan anda. Tapi mereka akan mudah ingat pesan anda, jika anda menggabungkan humor ke dalam pesan anda.