Jika Hidup Sekedar Untuk
Makan, Babi di Hutan Hidup Untuk Makan.
Jika Hidup Sekedar untuk
bekerja. Monyet di Hutan juga bekerja.
Lantas buat apa aku hidup?
Buat apa pula aku bekerja?
Pertanyaan ini mengisi
ruang-ruang pemikiran kepala saya. Beragam pertanyaan hadir. Apa sebenarnya
maksud dari Buya Hamka? Dari kalam ini, apa yang beliau ingin pesankan?
Sebagaimana lazimnya.
Tatkala ada suara-suara hadir berupa pertanyaan. Senantiasa ada bagian dalam
diri ini yang ingin menjawabnya. Seakan-akan saya tidak lagi sendiri.
Bagian Ego dari sisi
sebelah kanan atas memulai hipotesanya. “Barangkali
yang dimaksud adalah MISI”.
“Ah tidak juga. Babi juga punya misi hidup. Yakni makan. Itulah misi hidupnya”.
Ego dari sisi sebelah kiri depan menjawab.
“Ya juga”. Sang bijak merespon.
Lalu apa?
“VALUE”. Jawab sang Bijak. Kemudian dia menjelaskan. Kalau memang babi mempunyai misi. Maka yang akan membedakan antara misi manusia dengan babi adalah dampak dari misinya. Apakah bernilai atau tidak?
Untuk siapa? Bukan untuk
diri sendiri. Tapi buat orang lain. Karena jika nilai itu berdampak bagi orang
lain, kepada diri sendiri juga pasti bernilai.
Kalau memang Kera di hutan
bekerja. Maka yang membedakan antara cara kera dengan manusia bekerja adalah nilai
pada proses kerjanya. Apakah mengandung nilai ibadah? Sehingga tetesan keringat
bukan hanya sekedar peluh lelah. Melainkan dosa yang keluar dari pori-pori.
Sekerang pertanyaannya,
apakah yang aku lakukan menambah NILAI? Apakah yang sedang aku kejar suatu
NILAI? Apakah yang aku khawatirkan menjadi bernilai?
Kalau tidak tinggalkan
kesia-siaan.
Jakarta 3 Januari 2016