Mulai petugas pencatat meter listrik, pedagang pasar hingga staf supermarket di jepang semuanya mempunyai kinerja yang luar biasa.
Seorang mahasiswa dijepang menceritakan pengalaman selama menjadi pelajar asing disana. Sebagai mahasiswa yang berstatus berkeluarga suatu hari sempat terkaget-kaget ketika melihat tagihan listriknya melonjak 10 kali lipat. Setelah mengajukan penyusutan sederhana, maka diketahuilah bahwa ternyata terjadi kesalahan pencatatan meter listrik oleh petugas - sebuah kesalahan yang tidak umum terjadi dijepang. Segeralah dia menelpon perusahaan listrik wilayah Kansai daerah tempat dia tinggal untuk menginformasikan kesalahan tersebut.
Berkali-kali kata sumimase (maaf) terlontar dari mulut operator telepon perusahaan listrik tersebut. Mahasiswa Indonesia itu menganggapnya sudah selesai karena operator tersebut berjanji untuk segara melakukan tindak lanjut. Belum beberapa lama meletakkan tasnya di bangku sekolah pagi itu, istrinya yang tinggal dirumah menelpon untuk memberitahu perihal adanya kedatangan dari petugas listrik yang datang meminta maaf dan menarik slip tagihan.
Setibanya dirumah pada malam harinya, mahasiswa tersebut baru tahu kalau yang datang bukan lah sekelas petugas lapangan (dari kartu nama yang ditinggalkannya), namun setingkat supervisor. Terlebih lagi, bingkisan berisi sabun dan sampo merek terkenal sudah pasti menandakan bahwa kedatangan supervisor itu lebih dari sekadar meminta maaf.
Si mahasiswa bukannya terenyuh atas pemberian tersebut, namun justru khawatir kalau-kalau petugas tersebut akan bunuh diri sepulangnya dari sini. Karena kekeliruan dalam bekerja secara umumnya dijepang menyangkut sebuah kehormatan diri seseorang. Seakan-akan menjadi suatu agama tersendiri bagi mereka.
Suatu kali juga pernah, saat akan membeli buah2an dengan harga banderol murah yang merupakan favorit bagi para mahasiswa-mahasiswa perantauan disana, memang biasanya terdapat sedikit cacat (goresan atau benturan) pada permukaan buah-buahan - sesuai dengan harga murah yang dibayarkan.
Pada saat hendak membayar buah tersebut, penjual buah buru-buru menerangkan dan menunjukkan kondisi sedikit cacat pada beberapa buah-buahan tersebut dan kembali memastikan niat orang yang akan membelinya. Memang cukup mengherankan, bukannya kita tidak mengetahui cacat tersebut namun kejujuran yang begitu tulus masih dimiliki oleh seorang pedagang kaki lima sekalipun. Pemikiran bahwa kejujuran adalah syarat utama keberhasilan dalam berdagang adalah hal umum yang dimiliki oleh kebanyakan pedagang di sana. Tidak perlu meraup untung sesaat dalam jumlah besar, bila nantinya akan kehilangan pelanggan.
Sama halnya ketika anda berbelanja di supermarket. Anda akan menerima uang kembalian anda hingga ke yen terakhir sesuai dengan yang tertera pada slip pembayaran. Tidak ada “pemaksaan” untuk menerima permen sebagai pengganti nominal tertentu. selain kagum dengan praktek berdagang yang baik ini, saya juga sekaligus kagum dengan sistem perbankan jepang yang mampu menyediakan uang recehan untuk pedagang dan vending machine (mesin penjual otomatis) di seantero jepang. Meski bagi sebagian kalangan, uang kembalian terlihat sepele, ini bisa menyebabkan ketidakikhlasan pembeli terhadap transaksi jual beli.
Belum lagi keramahan para petugas supermarketnya. Bila anda menanyakan letak suatu barang, maka petugas tidak akan hanya kan menunjukkan lokasi barang tersebut seperti para pegawai Carefure, namun juga mengantarkan hingga berjumpa dengan barang yang dimaksud dan baru akan meninggalkan kita setelah memastikan semuanya sudah beres dimata pelanggan. Namun bukan berarti petugas supermarket di Jepang begitu banyaknya hingga mereka berkesempatan jalan-jalan melayani pelanggan. Justru sebaliknya, jumlah petugas selalu sesuai kebutuhan dan mereka selalu bergerak seperti semut.
Disebuah toko elektronik seorang petugas yang menjelaskan spesifikasi komputer sekaligus merangkap sebagai kasir tempat membayar sekaligus juga petugas pengepakan terakhir terhadap barang yang dibeli. Dan yang penting, anda tidak perlu khawatir ditipu seperti halnya membeli barang elektronik di glodok. Tidak akan anda melihat seseorang ketika membeli sebuah barang dijepang akan memperhatikan dengan teliti karena takut membeli barang busuk layaknya membeli barang dijakarta yang kalau sudah dibeli tidak bisa dikembalikan. Disana pelanggan membeli dengan perasaan aman karena semua hal baik dan buruknya akan dijelaskan diawal oleh pedagangnya dan sesuai dengan harga yang dibayarkan.