SUATU hari, seorang pengusaha datang ke konseling Wisata Hati. Ia
mengadukan
bahwa bisnisnya sudah hancur. Dia mengaku tidak memiliki apa-apa lagi.
Benar-benar telah habis-habisan.
Ternyata, setelah diperhatikan lebih jauh, kemelaratan si pengusaha ini
tidak seperti yang terbayangkan. Ia datang membawa mobil sedan Opel.
Pemandangan ini sepintas sangat kontradiktif dengan pengakuan dia.
Sebelum menimbulkan penafsiran yang tidak-tidak, si pengusaha nyeletuk:
"Mobil itu tinggal menunggu waktu untuk ditarik dealer." Ia juga
menceritakan bahwa sebagian besar pegawainya sudah dirumahkan. Hanya
karyawan yang memahami diri dia yang masih bertahan. Di dalam konseling
itu ditawarkan padanya solusi mengatasi kebangkrutan usaha dengan cara
bersedekah. "Sebelum bicara banyak tentang solusi bagi bisnis itu
sendiri, cobalah Bapak bersedekah. Sedekah itu menolak bala dan
memperpanjang umur, di samping mengundang datangnya rezeki."
"Apa maksudnya," tanya dia. "Bicara bisnis, bicara gampang. Kalau Bapak
sudah dekat lagi dengan Allah, bisnis akan lancar lagi. Bapak mau minta
tolong kepada Allah kan? Pendekatannya adalah lakukan dengan pendekatan
ibadah. Salah satu yang disukai oleh Allah adalah kalau kita mau
menolong sesama, meskipun saat ini kita terhitung orang yang susah."
"Sedekah akan menolak bala. Kalau Bapak menganggap kebangkrutan Bapak
adalah
bala. Maka, insya Allah sedekah akan bekerja menyelamatkan Bapak dari
kebangkrutan total. Sedekah juga bisa memperpanjang umur. Siapa tahu,
menurut Bapak, Bapak sudah akan tamat riwayatnya sebagai pebisnis yang
andal, beralih sebutan menjadi pebisnis yang bangkrut, kemudian malah
bisa berubah
kondisinya."
"Perusahaan Bapak bisa bernapas lagi. Bisnis bergerak lagi. Dan Bapak
tidak
jadi 'mati'. Dan, bahkan sedekah bisa mengundang datangnya rezeki. Siapa
tahu pula perusahaan Bapak malah kebanjiran order yang Bapak tidak
perkirakan
sebelumnya. Bukankah Allah bisa memberikan jalan, bisa membukakan jalan,
dari arah yang tidak disangka hamba-hamba- Nya?"
"Pak, nanti, kalau sudah menikmati hasil sedekah Bapak, berupa anugerah
pertolongan dari Allah, Bapak pelihara sedekah itu menjadi pakaian
utama,
pakaian sehari-hari dalam berbinis. Sebab apa? Sebab sedekah akan
menyembuhkan penyakit, akan menjaga diri dari penyakit. Dalam hal usaha,
maka sedekah akan bisa membuat perusahaan terlindungi dari hal-hal yang
bisa
membuat merugi."
Si pengusaha ini bingung. Sedekah di saat sulit bukanlah pilihan mudah.
"Lagian saya kan nggak punya apa-apa?" begitu katanya.
"Itu. Opel?" "Yah, mobil Opel itu kan sudah mau ditarik...."
"Nah, dari pada keburu ditarik? Kan lebih baik disedekahkan dulu.
Diberikan
kepada Allah."
"Nanti saya pakai apa?"
"Itu tandanya bukan persoalan ditarik atau tidak, tapi persoalan Bapak
masih
berat melepas barang kesayangan yang mungkin tinggal satu-satunya. Iya
kan?"
Todongan statemen tersebut membuat si pengusaha tak bisa mengelak, dan
mengiyakan. Suka atau tidak suka, mobil itu memang akan ditarik. Sebab,
sudah empat bulan ia menunggak cicilan. Setoran awal, yang semula terasa
enteng, hanya kurang lebih Rp 8 juta-an sebulan, kini terasa sangat
berat. Belum lagi harus bayar denda dan biaya tarik kendaraan yang
selangit. Wuh, berat!
Namun, dia juga tidak pernah terpikirkan untuk menyedekahkan mobil
tersebut. Dalam gambaran dia, memanfaatkan kendaraan itu sebelum ditarik
oleh dealer
adalah lumayan. Lagi pula, kalau nanti ditarik, ia akan bernegosiasi
menjual sedan Opel itu, dan masih ada sisa cicilan yang bisa digunakan.
Setelah ngobrol sana ngobrol sini tentang sedekah, dan diyakinkan
mengenai
pintu-pintu rezeki dari Allah, pengusaha ini secara bulat akan
menyedekahkan
mobil dia. Berkas-berkas kredit dia kumpulkan, lalu melangkahkan kaki
ke
showroom. Dia jual Opel-nya kepada showroom mobil. Perusahaan itulah
yang
akan melunasi seluruh cicilan, termasuk yang nunggak. Selisih antara
harga
jual dan sisa cicilan inilah yang oleh si pengusaha disedekahkan.
Ajaib! Tidak sampai seminggu, ia kembali lagi berkunjung ke konseling.
Kali
ini, meski dia naik taksi, wajahnya berseri-seri. Ia kisahkan
perjalanan
hidup dalam seminggu ini. Awalnya dia mengeluh berat. Tanpa mobil ruang
geraknya terbatas.
Ternyata, di balik kesulitan itu dia kedatangan seorang teman dari luar
kota yang membawa mobil. Mengetahui bahwa si pengusaha tidak punya
aktivitas
usaha, dan tentunya memiliki waktu luang banyak, diajaklah muter-muter
untuk bertemu si ini, si anu, dan sebagainya.
Buntut dari pertemuan yang tak disangka-sangka tersebut, "Saya
dilibatkan
untuk ikut berbisnis dengan kawan yang dari luar kota itu," katanya
dengan
penuh semangat.
Benar. Allah memang Mahaluas. Dia akan menyediakan jalan-jalan rezeki
dari
arah yang tidak disangka-sangka. "Jadi saya tidak lagi merasakan tidak
punya
mobil," tuturnya. "Sebab, saya tiap hari masih pakai mobil."
"Bahkan," ia melanjutkan, "Dari hasil jalan bareng dengan kawan ini
banyak
order untuk perusahaan yang kemudian di-sub-kan ke perusahan saya."
Malah,
dengan bangga pula ia kisahkan tentang beberapa karyawan yang dulu
diistirahatkan telah dipanggil kembali mengerjakan proyek-proyek baru.
Rezeki memang datang dari arah yang tak disangka-sangka, jika Allah
sudah
menghendaki.
Ust. Yusuf Mansur ( Wisata Hati)
mengadukan
bahwa bisnisnya sudah hancur. Dia mengaku tidak memiliki apa-apa lagi.
Benar-benar telah habis-habisan.
Ternyata, setelah diperhatikan lebih jauh, kemelaratan si pengusaha ini
tidak seperti yang terbayangkan. Ia datang membawa mobil sedan Opel.
Pemandangan ini sepintas sangat kontradiktif dengan pengakuan dia.
Sebelum menimbulkan penafsiran yang tidak-tidak, si pengusaha nyeletuk:
"Mobil itu tinggal menunggu waktu untuk ditarik dealer." Ia juga
menceritakan bahwa sebagian besar pegawainya sudah dirumahkan. Hanya
karyawan yang memahami diri dia yang masih bertahan. Di dalam konseling
itu ditawarkan padanya solusi mengatasi kebangkrutan usaha dengan cara
bersedekah. "Sebelum bicara banyak tentang solusi bagi bisnis itu
sendiri, cobalah Bapak bersedekah. Sedekah itu menolak bala dan
memperpanjang umur, di samping mengundang datangnya rezeki."
"Apa maksudnya," tanya dia. "Bicara bisnis, bicara gampang. Kalau Bapak
sudah dekat lagi dengan Allah, bisnis akan lancar lagi. Bapak mau minta
tolong kepada Allah kan? Pendekatannya adalah lakukan dengan pendekatan
ibadah. Salah satu yang disukai oleh Allah adalah kalau kita mau
menolong sesama, meskipun saat ini kita terhitung orang yang susah."
"Sedekah akan menolak bala. Kalau Bapak menganggap kebangkrutan Bapak
adalah
bala. Maka, insya Allah sedekah akan bekerja menyelamatkan Bapak dari
kebangkrutan total. Sedekah juga bisa memperpanjang umur. Siapa tahu,
menurut Bapak, Bapak sudah akan tamat riwayatnya sebagai pebisnis yang
andal, beralih sebutan menjadi pebisnis yang bangkrut, kemudian malah
bisa berubah
kondisinya."
"Perusahaan Bapak bisa bernapas lagi. Bisnis bergerak lagi. Dan Bapak
tidak
jadi 'mati'. Dan, bahkan sedekah bisa mengundang datangnya rezeki. Siapa
tahu pula perusahaan Bapak malah kebanjiran order yang Bapak tidak
perkirakan
sebelumnya. Bukankah Allah bisa memberikan jalan, bisa membukakan jalan,
dari arah yang tidak disangka hamba-hamba- Nya?"
"Pak, nanti, kalau sudah menikmati hasil sedekah Bapak, berupa anugerah
pertolongan dari Allah, Bapak pelihara sedekah itu menjadi pakaian
utama,
pakaian sehari-hari dalam berbinis. Sebab apa? Sebab sedekah akan
menyembuhkan penyakit, akan menjaga diri dari penyakit. Dalam hal usaha,
maka sedekah akan bisa membuat perusahaan terlindungi dari hal-hal yang
bisa
membuat merugi."
Si pengusaha ini bingung. Sedekah di saat sulit bukanlah pilihan mudah.
"Lagian saya kan nggak punya apa-apa?" begitu katanya.
"Itu. Opel?" "Yah, mobil Opel itu kan sudah mau ditarik...."
"Nah, dari pada keburu ditarik? Kan lebih baik disedekahkan dulu.
Diberikan
kepada Allah."
"Nanti saya pakai apa?"
"Itu tandanya bukan persoalan ditarik atau tidak, tapi persoalan Bapak
masih
berat melepas barang kesayangan yang mungkin tinggal satu-satunya. Iya
kan?"
Todongan statemen tersebut membuat si pengusaha tak bisa mengelak, dan
mengiyakan. Suka atau tidak suka, mobil itu memang akan ditarik. Sebab,
sudah empat bulan ia menunggak cicilan. Setoran awal, yang semula terasa
enteng, hanya kurang lebih Rp 8 juta-an sebulan, kini terasa sangat
berat. Belum lagi harus bayar denda dan biaya tarik kendaraan yang
selangit. Wuh, berat!
Namun, dia juga tidak pernah terpikirkan untuk menyedekahkan mobil
tersebut. Dalam gambaran dia, memanfaatkan kendaraan itu sebelum ditarik
oleh dealer
adalah lumayan. Lagi pula, kalau nanti ditarik, ia akan bernegosiasi
menjual sedan Opel itu, dan masih ada sisa cicilan yang bisa digunakan.
Setelah ngobrol sana ngobrol sini tentang sedekah, dan diyakinkan
mengenai
pintu-pintu rezeki dari Allah, pengusaha ini secara bulat akan
menyedekahkan
mobil dia. Berkas-berkas kredit dia kumpulkan, lalu melangkahkan kaki
ke
showroom. Dia jual Opel-nya kepada showroom mobil. Perusahaan itulah
yang
akan melunasi seluruh cicilan, termasuk yang nunggak. Selisih antara
harga
jual dan sisa cicilan inilah yang oleh si pengusaha disedekahkan.
Ajaib! Tidak sampai seminggu, ia kembali lagi berkunjung ke konseling.
Kali
ini, meski dia naik taksi, wajahnya berseri-seri. Ia kisahkan
perjalanan
hidup dalam seminggu ini. Awalnya dia mengeluh berat. Tanpa mobil ruang
geraknya terbatas.
Ternyata, di balik kesulitan itu dia kedatangan seorang teman dari luar
kota yang membawa mobil. Mengetahui bahwa si pengusaha tidak punya
aktivitas
usaha, dan tentunya memiliki waktu luang banyak, diajaklah muter-muter
untuk bertemu si ini, si anu, dan sebagainya.
Buntut dari pertemuan yang tak disangka-sangka tersebut, "Saya
dilibatkan
untuk ikut berbisnis dengan kawan yang dari luar kota itu," katanya
dengan
penuh semangat.
Benar. Allah memang Mahaluas. Dia akan menyediakan jalan-jalan rezeki
dari
arah yang tidak disangka-sangka. "Jadi saya tidak lagi merasakan tidak
punya
mobil," tuturnya. "Sebab, saya tiap hari masih pakai mobil."
"Bahkan," ia melanjutkan, "Dari hasil jalan bareng dengan kawan ini
banyak
order untuk perusahaan yang kemudian di-sub-kan ke perusahan saya."
Malah,
dengan bangga pula ia kisahkan tentang beberapa karyawan yang dulu
diistirahatkan telah dipanggil kembali mengerjakan proyek-proyek baru.
Rezeki memang datang dari arah yang tak disangka-sangka, jika Allah
sudah
menghendaki.
Ust. Yusuf Mansur ( Wisata Hati)