Salamun'alaik..
Salam serta selawat ke atas Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam, ahli
keluarga baginda serta salam kepada para sahabat yang berjuang menegakkan Islam
di muka bumi ini.
Aku berlindung dengan Allah dari syaitan yang direjam
Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.
[67.1] Maha Berkat (serta Maha Tinggilah kelebihan) Tuhan yang menguasai
pemerintahan (dunia dan akhirat); dan memanglah Ia Maha Kuasa atas tiap-tiap
sesuatu;
[67.2] Dia lah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) - untuk
menguji dan menzahirkan keadaan kamu: siapakah di antara kamu yang lebih baik
amalnya; dan Ia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi
orang-orang yang bertaubat);
[67.3] Dia lah yang telah mengaturkan kejadian tujuh petala langit yang
berlapis-lapis; engkau tidak dapat melihat pada ciptaan Allah Yang Maha Pemurah
itu sebarang keadaan yang tidak seimbang dan tidak munasabah; (jika engkau
ragu-ragu) maka ulangilah pandangan - (mu) - dapatkah engkau melihat sebarang
kecacatan?
[67.4] Kemudian ulangilah pandangan (mu) berkali-kali, nescaya pandanganmu itu
akan berbalik kepadamu dengan hampa (daripada melihat sebarang kecacatan),
sedang ia pula berkeadaan lemah lesu (kerana habis tenaga dengan sia-sia).
[67.5] Dan demi sesungguhnya! Kami telah menghiasi langit yang dekat (pada
penglihatan penduduk bumi) dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan
bintang-bintang itu punca rejaman terhadap syaitan-syaitan; dan Kami sediakan
bagi mereka azab neraka yang menjulang-julang.
[67.6] Dan bagi orang-orang yang kufur ingkar terhadap Tuhan mereka, disediakan
azab neraka Jahannam, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
[67.7] Apabila mereka dicampakkan ke dalamnya, mereka mendengar suara jeritannya
meraung-raung, sedang ia menggelegak.
[67.8] Hampir-hampir ia pecah berkecai-kecai kerana kuat marahnya. Tiap-tiap
kali dicampakkan ke dalamnya sekumpulan besar (dari orang kafir), bertanyalah
penjaga-penjaga neraka itu kepada mereka: "Tidakkah kamu pernah didatangi
seorang Rasul pemberi ingatan dan amaran (di dunia dahulu)?"
[67.9] Mereka menjawab: "Ada! Sebenarnya telah datang kepada kami seorang Rasul
pemberi ingatan dan amaran, lalu kami dustakan serta kami katakan (kepadanya):
Allah tidak menurunkan sesuatupun, kamu (wahai orang yang mendakwa menjadi
Rasul) hanyalah berada dalam kesesatan yang besar! "
[67.10] Dan mereka berkata: "Kalaulah kami dahulu mendengar dan memahami
(sebagai orang yang mencari kebenaran), tentulah kami tidak termasuk dalam
kalangan ahli neraka".
[67.11] Akhirnya mereka mengakui dosa-dosa mereka (sebagai orang-orang yang
kufur ingkar), maka tetaplah jauhnya rahmat Allah dari ahli neraka.
[67.12] Sesungguhnya orang-orang yang takut (melanggar hukum) Tuhannya semasa
mereka tidak dilihat orang dan semasa mereka tidak melihat azab Tuhan, mereka
beroleh keampunan dan pahala yang besar.
[67.13] Dan tuturkanlah perkataan kamu dengan perlahan atau dengan nyaring,
(sama sahaja keadaannya kepada Allah), kerana sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
akan segala (isi hati) yang terkandung di dalam dada.
[67.14] Tidakkah Allah yang menciptakan sekalian makhluk itu mengetahui
(segala-galanya) ? Sedang Ia Maha Halus urusan PentadbiranNya, lagi Maha
Mendalam PengetahuanNya!
SodaqAllahul'adzim
Untuk bacaan dan komentar para jemaah sekalian
JERITAN SEORANG PERAWAN TUA
Fenomena bertambahnya jumlah wanita yang terlambat menikah (perawan tua) menjadi
satu perkara yang menakutkan saat ini, mengancam kebanyakan pemudi-pemudi di
masyarakat kita yang Islami, bahkan di seluruh dunia. Berikut ini marilah kita
mendengarkan salah satu jeritan mereka :
Majalah Al-Usrah edisi 80 Dzulqa'dah 1420 H menuliskan jeritan seorang perawan
tua dari Madinah Munawarah,"Semula saya sangat bimbang sebelum menulis untuk
kalian karena ketakutan terhadap kaum wanita karena saya tahu bahwasanya mereka
akan mengatakan bahwa aku ini sudah gila, atau kesurupan. Akan tetapi, realita
yang aku alami dan dialami pula oleh sejumlah besar perawan-perawan tua, yang
tidak seorang pun mengetahuinya, membuatku memberanikan diri. Saya akan
menuliskan kisahku ini dengan ringkas.
Ketika umurku mulai mendekati 20 tahun, saya seperti gadis lainnya memimpikan
seorang pemuda yang multazim dan berakhlak mulia. Dahulu saya membangun
pemikiran serta harapan-harapan; bagaimana kami hidup nanti dan bagaimana kami
mendidik anak-anak kami... dan.. dan...
Saya adalah salah seorang yang sangat memerangi ta'adud (poligami). Hanya semata
mendengar orang berkata kepadaku, "Fulan menikah lagi yang kedua", tanpa sadar
saya mendoakan agar ia celaka. Saya berkata, "Kalau saya adalah istrinya -yang
pertama- pastilah saya akan mencampakkannya, sebagaimana ia telah
mencampakkanku' .
Saya sering berdiskusi dengan saudaraku dan terkadang dengan pamanku mengenai
masalah ta'addud. Mereka berusaha agar saya mau menerima ta'addud, sementara
saya tetap keras kepala tidak mau menerima syari'at ta'addud. Saya katakan
kepada mereka, 'Mustahil wanita lain akan bersama denganku mendampingi suamiku".
Terkadang saya menjadi penyebab munculnya problema-problema antara suami-istri
karena ia ingin memadu istri pertamanya; saya menghasutnya
sehingga ia melawan kepada suaminya.
Begitulah, hari terus berlalu sedangkan aku masih menanti pemuda impianku. Saya
menanti... akan tetapi ia belum juga datang dan saya
masih terus menanti. Hampir 30 tahun umurku dalam penantian. Telah lewat 30
tahun... oh Illahi, apa yang harus kuperbuat? Apakah saya harus
keluar untuk mencari pengantin laki-laki? Saya tidak sanggup, orang-orang akan
berkata wanita ini tidak punya malu. Jadi, apa yang
akan saya kerjakan? Tidak ada yang bisa saya perbuat, selain dari menunggu.
Pada suatu hari ketika saya sedang duduk-duduk, saya mendengar salah seorang
dari wanita berkata, 'Fulanah jadi perawan tua". Aku berkata
kepada diriku sendiri, "Kasihan Fulanah jadi perawan tua", akan tetapi...
fulanah yang dimaksud itu ternyata aku. Ya Illahi!
Sesungguhnya itu adalah namaku... saya telah menjadi perawan tua.
Bagaimanapun saya melukiskannya kepada kalian, kalian tidak akan bisa
merasakannya. Saya dihadapkan pada sebuah kenyataan sebagai perawan tua. Saya
mulai mengulang kembali perhitungan- perhitunganku, apa yang saya kerjakan?
Waktu terus berlalu, hari silih berganti, dan saya ingin menjerit. Saya ingin
seorang suami, seorang laki-laki tempat saya bernaung di bawah
naungannya, membantuku menyelesaikan problema-problemaku ... Saudaraku yang
laki-laki memang tidak melalaikanku sedikit pun, tetapi dia bukan seperti
seorang suami. Saya ingin hidup; ingin melahirkan, dan menikmati kehidupan. Akan
tetapi, saya tidak sanggup mengucapkan perkataan ini kepada kaum laki-laki.
Mereka akan mengatakan, "Wanita ini tidak malu". Tidak ada yang bisa saya
lakukan selain daripada diam. Saya tertawa... akan tetapi bukan dari hatiku.
Apakah kalian ingin saya tertawa, sedangkan tanganku menggenggam bara api? Saya
tidak sanggup...
Suatu hari, saudaraku yang paling besar mendatangiku dan berkata, "Hari ini
telah datang calon pengantin, tapi saya menolaknya.. ." Tanpa terasa
saya berkata, "Kenapa kamu lakukan? Itu tidak boleh!" Ia berkata kepadaku,
"Dikarenakan ia menginginkanmu sebagai istri kedua, dan saya
tahu kalau kamu sangat memerangi ta'addud (poligami)". Hampir saja saya
berteriak di hadapannya, "Kenapa kamu tidak menyetujuinya? " Saya rela menjadi
istri kedua, atau ketiga, atau keempat... Kedua tanganku di dalam api. Saya
setuju, ya saya yang dulu memerangi ta'addud, sekarang
menerimanya. Saudaraku berkata, "Sudah terlambat"
Sekarang saya mengetahui hikmah dalam ta'addud. Satu hikmah ini telah membuatku
menerima, bagaimana dengan hikmah-hikmah yang lain? Ya ALLAH, ampunilah dosaku.
Sesungguhnya saya dahulu tidak mengetahui. Kata-kata ini saya tujukan untuk kaum
laki-laki, "Berta'addud- lah, nikahilah satu, dua, tiga, atau empat dengan
syarat mampu dan adil. Saya ingatkan kalian dengan firman-Nya, "... Maka
nikahilah olehmu apa yang baik bagimu dari wanita, dua, atau tiga, atau empat,
maka jika kalian takut tidak mampu berlaku adil, maka satu..." Selamatkanlah
kami. Kami adalah manusia seperti kalian, merasakan juga kepedihan. Tutupilah
kami, kasihanilah kami."
Dan kata-kata berikut saya tujukan kepada saudariku muslimah yang telah
bersuami, "Syukurilah nikmat ini karena kamu tidak merasakan panasnya api
menjadi perawan tua. Saya harap kamu tidak marah apabila suamimu ingin menikah
lagi dengan wanita lain. Janganlah kamu mencegahnya, akan tetapi doronglah ia.
Saya tahu bahwa ini sangat berat atasmu. Akan tetapi, harapkanlah pahala di sisi
ALLAH. Lihatlah keadaan suadarimu yang menjadi perawan tua, wanita yang dicerai,
dan janda yang ditinggal mati; siapa yang akan mengayomi mereka? Anggaplah ia
saudarimu, kamu pasti akan mendapatkan pahala yang sangat besar dengan
kesabaranmu"
Engkau mungkin mengatakan kepadaku, "Akan datang seorang bujangan yang akan
menikahinya" . Saya katakan kepadamu, "Lihatlah sensus penduduk. Sesungguhnya
jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki. Jika setiap laki-laki menikah
dengan satu wanita, niscaya banyak dari wanita-wanita kita yang menjadi perawan
tua. Jangan hanya memikirkan diri sendiri saja. Akan tetapi, pikirkan juga
saudarimu. Anggaplah dirimu berada dalam posisinya".
Engkau mungkin juga mengatakan, "Semua itu tidak penting bagiku, yang penting
suamiku tidak menikah lagi." Saya katakan kepadamu, "Tangan yang berada di air
tidak seperti tangan yang berada di bara api. Ini mungkin terjadi. Jika suamimu
menikah lagi dengan wanita lain, ketahuilah
bahwasanya dunia ini adalah fana, akhiratlah yang kekal. Janganlah kamu egois,
dan janganlah kamu halangi saudarimu dari nikmat ini. Tidak akan
sempurna keimanan seseorang sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia
cintai untuk dirinya sendiri". (1)
Demi ALLAH, kalau kamu merasakan api menjadi perawan tua, kemudian kamu menikah,
kamu pasti akan berkata kepada suamimu "Menikahlah dengan saudariku dan jagalah
ia". Ya ALLAH, sesungguhnya kami memohon kepadamu kemuliaan, kesucian, dan suami
yang shalih"
A.A.N -Madinah
1. HR. Bukhari dalam kitab Iman no 13 dan Muslim no 45.
(Dipetik dari buku "Istriku Menikahkanku" , As-Sayid bin Abdul Aziz As-Sa'dani,
Darul Falah, cet. Ogos 2004)
**______________________________________________**
Demi Allah, Demi Rasul, Demi Islam Yang Tercinta..
Subhanallah Wallhamdulillah Wala Ilaha Illallah Allahu Akhbar..
**______________________________________________**
Salam serta selawat ke atas Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam, ahli
keluarga baginda serta salam kepada para sahabat yang berjuang menegakkan Islam
di muka bumi ini.
Aku berlindung dengan Allah dari syaitan yang direjam
Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.
[67.1] Maha Berkat (serta Maha Tinggilah kelebihan) Tuhan yang menguasai
pemerintahan (dunia dan akhirat); dan memanglah Ia Maha Kuasa atas tiap-tiap
sesuatu;
[67.2] Dia lah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) - untuk
menguji dan menzahirkan keadaan kamu: siapakah di antara kamu yang lebih baik
amalnya; dan Ia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi
orang-orang yang bertaubat);
[67.3] Dia lah yang telah mengaturkan kejadian tujuh petala langit yang
berlapis-lapis; engkau tidak dapat melihat pada ciptaan Allah Yang Maha Pemurah
itu sebarang keadaan yang tidak seimbang dan tidak munasabah; (jika engkau
ragu-ragu) maka ulangilah pandangan - (mu) - dapatkah engkau melihat sebarang
kecacatan?
[67.4] Kemudian ulangilah pandangan (mu) berkali-kali, nescaya pandanganmu itu
akan berbalik kepadamu dengan hampa (daripada melihat sebarang kecacatan),
sedang ia pula berkeadaan lemah lesu (kerana habis tenaga dengan sia-sia).
[67.5] Dan demi sesungguhnya! Kami telah menghiasi langit yang dekat (pada
penglihatan penduduk bumi) dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan
bintang-bintang itu punca rejaman terhadap syaitan-syaitan; dan Kami sediakan
bagi mereka azab neraka yang menjulang-julang.
[67.6] Dan bagi orang-orang yang kufur ingkar terhadap Tuhan mereka, disediakan
azab neraka Jahannam, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
[67.7] Apabila mereka dicampakkan ke dalamnya, mereka mendengar suara jeritannya
meraung-raung, sedang ia menggelegak.
[67.8] Hampir-hampir ia pecah berkecai-kecai kerana kuat marahnya. Tiap-tiap
kali dicampakkan ke dalamnya sekumpulan besar (dari orang kafir), bertanyalah
penjaga-penjaga neraka itu kepada mereka: "Tidakkah kamu pernah didatangi
seorang Rasul pemberi ingatan dan amaran (di dunia dahulu)?"
[67.9] Mereka menjawab: "Ada! Sebenarnya telah datang kepada kami seorang Rasul
pemberi ingatan dan amaran, lalu kami dustakan serta kami katakan (kepadanya):
Allah tidak menurunkan sesuatupun, kamu (wahai orang yang mendakwa menjadi
Rasul) hanyalah berada dalam kesesatan yang besar! "
[67.10] Dan mereka berkata: "Kalaulah kami dahulu mendengar dan memahami
(sebagai orang yang mencari kebenaran), tentulah kami tidak termasuk dalam
kalangan ahli neraka".
[67.11] Akhirnya mereka mengakui dosa-dosa mereka (sebagai orang-orang yang
kufur ingkar), maka tetaplah jauhnya rahmat Allah dari ahli neraka.
[67.12] Sesungguhnya orang-orang yang takut (melanggar hukum) Tuhannya semasa
mereka tidak dilihat orang dan semasa mereka tidak melihat azab Tuhan, mereka
beroleh keampunan dan pahala yang besar.
[67.13] Dan tuturkanlah perkataan kamu dengan perlahan atau dengan nyaring,
(sama sahaja keadaannya kepada Allah), kerana sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
akan segala (isi hati) yang terkandung di dalam dada.
[67.14] Tidakkah Allah yang menciptakan sekalian makhluk itu mengetahui
(segala-galanya) ? Sedang Ia Maha Halus urusan PentadbiranNya, lagi Maha
Mendalam PengetahuanNya!
SodaqAllahul'adzim
Untuk bacaan dan komentar para jemaah sekalian
JERITAN SEORANG PERAWAN TUA
Fenomena bertambahnya jumlah wanita yang terlambat menikah (perawan tua) menjadi
satu perkara yang menakutkan saat ini, mengancam kebanyakan pemudi-pemudi di
masyarakat kita yang Islami, bahkan di seluruh dunia. Berikut ini marilah kita
mendengarkan salah satu jeritan mereka :
Majalah Al-Usrah edisi 80 Dzulqa'dah 1420 H menuliskan jeritan seorang perawan
tua dari Madinah Munawarah,"Semula saya sangat bimbang sebelum menulis untuk
kalian karena ketakutan terhadap kaum wanita karena saya tahu bahwasanya mereka
akan mengatakan bahwa aku ini sudah gila, atau kesurupan. Akan tetapi, realita
yang aku alami dan dialami pula oleh sejumlah besar perawan-perawan tua, yang
tidak seorang pun mengetahuinya, membuatku memberanikan diri. Saya akan
menuliskan kisahku ini dengan ringkas.
Ketika umurku mulai mendekati 20 tahun, saya seperti gadis lainnya memimpikan
seorang pemuda yang multazim dan berakhlak mulia. Dahulu saya membangun
pemikiran serta harapan-harapan; bagaimana kami hidup nanti dan bagaimana kami
mendidik anak-anak kami... dan.. dan...
Saya adalah salah seorang yang sangat memerangi ta'adud (poligami). Hanya semata
mendengar orang berkata kepadaku, "Fulan menikah lagi yang kedua", tanpa sadar
saya mendoakan agar ia celaka. Saya berkata, "Kalau saya adalah istrinya -yang
pertama- pastilah saya akan mencampakkannya, sebagaimana ia telah
mencampakkanku' .
Saya sering berdiskusi dengan saudaraku dan terkadang dengan pamanku mengenai
masalah ta'addud. Mereka berusaha agar saya mau menerima ta'addud, sementara
saya tetap keras kepala tidak mau menerima syari'at ta'addud. Saya katakan
kepada mereka, 'Mustahil wanita lain akan bersama denganku mendampingi suamiku".
Terkadang saya menjadi penyebab munculnya problema-problema antara suami-istri
karena ia ingin memadu istri pertamanya; saya menghasutnya
sehingga ia melawan kepada suaminya.
Begitulah, hari terus berlalu sedangkan aku masih menanti pemuda impianku. Saya
menanti... akan tetapi ia belum juga datang dan saya
masih terus menanti. Hampir 30 tahun umurku dalam penantian. Telah lewat 30
tahun... oh Illahi, apa yang harus kuperbuat? Apakah saya harus
keluar untuk mencari pengantin laki-laki? Saya tidak sanggup, orang-orang akan
berkata wanita ini tidak punya malu. Jadi, apa yang
akan saya kerjakan? Tidak ada yang bisa saya perbuat, selain dari menunggu.
Pada suatu hari ketika saya sedang duduk-duduk, saya mendengar salah seorang
dari wanita berkata, 'Fulanah jadi perawan tua". Aku berkata
kepada diriku sendiri, "Kasihan Fulanah jadi perawan tua", akan tetapi...
fulanah yang dimaksud itu ternyata aku. Ya Illahi!
Sesungguhnya itu adalah namaku... saya telah menjadi perawan tua.
Bagaimanapun saya melukiskannya kepada kalian, kalian tidak akan bisa
merasakannya. Saya dihadapkan pada sebuah kenyataan sebagai perawan tua. Saya
mulai mengulang kembali perhitungan- perhitunganku, apa yang saya kerjakan?
Waktu terus berlalu, hari silih berganti, dan saya ingin menjerit. Saya ingin
seorang suami, seorang laki-laki tempat saya bernaung di bawah
naungannya, membantuku menyelesaikan problema-problemaku ... Saudaraku yang
laki-laki memang tidak melalaikanku sedikit pun, tetapi dia bukan seperti
seorang suami. Saya ingin hidup; ingin melahirkan, dan menikmati kehidupan. Akan
tetapi, saya tidak sanggup mengucapkan perkataan ini kepada kaum laki-laki.
Mereka akan mengatakan, "Wanita ini tidak malu". Tidak ada yang bisa saya
lakukan selain daripada diam. Saya tertawa... akan tetapi bukan dari hatiku.
Apakah kalian ingin saya tertawa, sedangkan tanganku menggenggam bara api? Saya
tidak sanggup...
Suatu hari, saudaraku yang paling besar mendatangiku dan berkata, "Hari ini
telah datang calon pengantin, tapi saya menolaknya.. ." Tanpa terasa
saya berkata, "Kenapa kamu lakukan? Itu tidak boleh!" Ia berkata kepadaku,
"Dikarenakan ia menginginkanmu sebagai istri kedua, dan saya
tahu kalau kamu sangat memerangi ta'addud (poligami)". Hampir saja saya
berteriak di hadapannya, "Kenapa kamu tidak menyetujuinya? " Saya rela menjadi
istri kedua, atau ketiga, atau keempat... Kedua tanganku di dalam api. Saya
setuju, ya saya yang dulu memerangi ta'addud, sekarang
menerimanya. Saudaraku berkata, "Sudah terlambat"
Sekarang saya mengetahui hikmah dalam ta'addud. Satu hikmah ini telah membuatku
menerima, bagaimana dengan hikmah-hikmah yang lain? Ya ALLAH, ampunilah dosaku.
Sesungguhnya saya dahulu tidak mengetahui. Kata-kata ini saya tujukan untuk kaum
laki-laki, "Berta'addud- lah, nikahilah satu, dua, tiga, atau empat dengan
syarat mampu dan adil. Saya ingatkan kalian dengan firman-Nya, "... Maka
nikahilah olehmu apa yang baik bagimu dari wanita, dua, atau tiga, atau empat,
maka jika kalian takut tidak mampu berlaku adil, maka satu..." Selamatkanlah
kami. Kami adalah manusia seperti kalian, merasakan juga kepedihan. Tutupilah
kami, kasihanilah kami."
Dan kata-kata berikut saya tujukan kepada saudariku muslimah yang telah
bersuami, "Syukurilah nikmat ini karena kamu tidak merasakan panasnya api
menjadi perawan tua. Saya harap kamu tidak marah apabila suamimu ingin menikah
lagi dengan wanita lain. Janganlah kamu mencegahnya, akan tetapi doronglah ia.
Saya tahu bahwa ini sangat berat atasmu. Akan tetapi, harapkanlah pahala di sisi
ALLAH. Lihatlah keadaan suadarimu yang menjadi perawan tua, wanita yang dicerai,
dan janda yang ditinggal mati; siapa yang akan mengayomi mereka? Anggaplah ia
saudarimu, kamu pasti akan mendapatkan pahala yang sangat besar dengan
kesabaranmu"
Engkau mungkin mengatakan kepadaku, "Akan datang seorang bujangan yang akan
menikahinya" . Saya katakan kepadamu, "Lihatlah sensus penduduk. Sesungguhnya
jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki. Jika setiap laki-laki menikah
dengan satu wanita, niscaya banyak dari wanita-wanita kita yang menjadi perawan
tua. Jangan hanya memikirkan diri sendiri saja. Akan tetapi, pikirkan juga
saudarimu. Anggaplah dirimu berada dalam posisinya".
Engkau mungkin juga mengatakan, "Semua itu tidak penting bagiku, yang penting
suamiku tidak menikah lagi." Saya katakan kepadamu, "Tangan yang berada di air
tidak seperti tangan yang berada di bara api. Ini mungkin terjadi. Jika suamimu
menikah lagi dengan wanita lain, ketahuilah
bahwasanya dunia ini adalah fana, akhiratlah yang kekal. Janganlah kamu egois,
dan janganlah kamu halangi saudarimu dari nikmat ini. Tidak akan
sempurna keimanan seseorang sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia
cintai untuk dirinya sendiri". (1)
Demi ALLAH, kalau kamu merasakan api menjadi perawan tua, kemudian kamu menikah,
kamu pasti akan berkata kepada suamimu "Menikahlah dengan saudariku dan jagalah
ia". Ya ALLAH, sesungguhnya kami memohon kepadamu kemuliaan, kesucian, dan suami
yang shalih"
A.A.N -Madinah
1. HR. Bukhari dalam kitab Iman no 13 dan Muslim no 45.
(Dipetik dari buku "Istriku Menikahkanku" , As-Sayid bin Abdul Aziz As-Sa'dani,
Darul Falah, cet. Ogos 2004)
**______________________________________________**
Demi Allah, Demi Rasul, Demi Islam Yang Tercinta..
Subhanallah Wallhamdulillah Wala Ilaha Illallah Allahu Akhbar..
**______________________________________________**