Skip to main content

Gila Gelar,Gelar Gila...

Orang Indonesia itu gila gelar. Ah, apa iya hanya orang Indonesia? Ternyata sindrom ini juga merasuk dan merusak segenap penjuru bumi, termasuk negara adidaya layaknya Amerika Serikat.

Karena memang banyak demand-nya, walhasil penjaja gelar secara ilegal pun berkembang-biak bak hewan ternak. By the way, gelar ilegal begitu, buat apaan sih? Yah, supaya keren dan beken. Begitu dalih mereka, mulai dari akademisi, profesional hingga birokrat. Bahkan gelar 'haji' pun turut jadi incaran (Padahal, Nabi Muhammad saja tidak pernah memamerkan gelar tersebut meskipun beliaulah manusia yang paling sempurna melaksanakannya).

Terlepas dari itu semua, MBA termasuk gelar yang favorit, ngalah-ngalahin MM. Padahal kedua-duanya setara. MBA, kesannya gimana gitu. Pokoknya, lebih apik, lebih menarik. Terus, bagaimana dengan PhD? Wah, ini mantap juga! Terkadang lebih digandrungi ketimbang Dr.

Pst, asal tahu saja, mantan atasan saya pernah menyebut MBA itu singkatan dari Makin Bego Aje dan PhD itu Permanent Headache alias pening seumur-umur. Hahaha, saya langsung terpingkal-pingkal sewaktu pertama kali mendengarnya. Hei, Saudara Penulis, jangan sembarangan, ya! Lha, itu 'kan kata dia, bukan kata saya. Saya pribadi sebagai dosen -meskipun part-time satu kali seminggu- sangat menghargai strata-strata akademis sedemikian.

Cuma, ada satu hal yang mengganjal di pikiran saya. Kok malah pihak lain -seperti kampus, agama, pemerintah dan masyarakat- yang selalu memberikan gelar kepada diri kita? Mbok ya sekali-sekali kita yang memberikan gelar pada diri kita sendiri (self-titling).

Eh, Anda kira saya bercanda? Kali ini saya serius. Blak-blakan saja, tahun 2005 yang lalu saya menganugerahkan gelar MEn kepada diri saya sendiri. Lengkapnya, Ippho Santosa, MEn. Partner saya yang merupakan pentolan grup musik CELEBrand juga menobatkan gelar MMu kepada dirinya sendiri. Komplitnya, Bagus Adinda, MMu.

Wah, nyaingin gelar master seperti MBA dan MSc, ya? Salah besar! MEn itu tidak lain adalah Marketer-Entrepreneur, sedangkan MMu itu adalah Manusia Musik. Huahaha! Anda boleh tertawa sepuas-puasnya.

Tetapi, jangan buru-buru menuding saya orang sableng dan gendeng lho! Toh, saya tidak sendiri. Buktinya, motivator Andrie Wongso juga punya predikat SDTT TBS alias Sekolah Dasar Tidak Tamat Tetapi Bisa Sukses. Pas dan pantas 'kan? Pengusaha Joger pun ndak mau kalah. Dia punya predikat BAA, BSS. Maksudnya, Bukan Apa-Apa, Bukan Siapa-Siapa. Benar-benar lugas dan cerdas 'kan?

Lantas ada yang berkomentar, "Itu mah bukan gila gelar, tetapi gelar gila!" Ah, biar saja! Tidak melanggar hukum ini. Kalau titel-titel formal itu manfaatnya untuk personal branding, sebenarnya titel non-formal yang terkesan guyonan itu juga tidak jauh berbeda. Malah efeknya bisa lebih greget dan bisa bikin kaget! Tidak percaya? Coba saja!

Sumber ; Ippho Santosa adalah pembicara seminar, produser Andalus, dan penulis Qalbu Marketing (bersama Aa Gym).

Popular posts from this blog

Agar Hidup Bukan Sekedar Hidup?

Jika Hidup Sekedar Untuk Makan, Babi di Hutan Hidup Untuk Makan. Jika Hidup Sekedar untuk bekerja. Monyet di Hutan juga bekerja. Lantas buat apa aku hidup? Buat apa pula aku bekerja? Pertanyaan ini mengisi ruang-ruang pemikiran kepala saya. Beragam pertanyaan hadir. Apa sebenarnya maksud dari Buya Hamka? Dari kalam ini, apa yang beliau ingin pesankan? Sebagaimana lazimnya. Tatkala ada suara-suara hadir berupa pertanyaan. Senantiasa ada bagian dalam diri ini yang ingin menjawabnya. Seakan-akan saya tidak lagi sendiri. Bagian Ego dari sisi sebelah kanan atas memulai hipotesanya. “ Barangkali yang dimaksud adalah MISI ”. “ Ah tidak juga. Babi juga punya misi hidup. Yakni makan. Itulah misi hidupnya ”. Ego dari sisi sebelah kiri depan menjawab. “ Ya juga ”. Sang bijak merespon. Lalu apa? “ VALUE ”. Jawab sang Bijak. Kemudian dia menjelaskan.  Kalau memang babi mempunyai misi. Maka yang akan membedakan antara misi manusia dengan babi adalah dam...

Diskusi NLP dengan Noery

Noery Yanto: Halo..test rahmad_aceh: docpy ganti rahmad_aceh: Noery Yanto: 86 rahmad_aceh: lebih lancar kan ? Noery Yanto: ok BUZZ!!! rahmad_aceh: oce rahmad_aceh: lanjutin dong penjelasannya tadi rahmad_aceh: bro bisa menjelaskan NLP secara terstruktur rahmad_aceh: kalau saya belum konek seperti itu rahmad_aceh: Noery Yanto: Bahkan Syech Siti Jenar sudah melampaui apa yang dilakukan Richard & Jhon..Dia sudah membahas tatan ILahiah atau ketuhan..Hingga timbul pemikiran, Mana arafa nafsa faqat arafa rabbah.. Noery Yanto: Lanjutan yang fb tadi. rahmad_aceh: kalau itu setuju banget rahmad_aceh: ya rahmad_aceh: benar Noery Yanto: Di NLP kan kita suruh menggunkan kemampuan sepenuhnya.. rahmad_aceh: ya Noery Yanto: Baik pikiran, perbutan, serta verbalime dari linguistic. rahmad_aceh: yup Noery Yanto: Jadi NLP sama halnya dengan madhab yang diyakini trush hingga mempengaruhi kemampuan serta tingkah laku. rahmad_aceh: ya benar..terus ada hal k...

Cangkir Yang Cantik

Assalamu'alaikum Sepasang opa dan oma pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik "Lihat cangkir itu," kata si oma kepada suaminya. "Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat," ujar si opa. Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara "Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang penjunan dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata "belum !" lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop ! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukka...