Assalamu’aliakum
Shahabat, semalam setelah selesai shalat isya dan Tarawih dikampus. Dalam perjalanan pulang ditengah perjalanan, saya bertemu dengan seorang wanita rambutnya terurai tak bersisir, baju nya agak compang camping, pandangannya terus melihat kiri dan kanan. Terkadang dia perhatikan kendaraan yang melalui jalan yang sedang dia duduki.
Saya pun terus berjalan menuju rumah. Dan dalam perjanalanan, betapa hati ini terasa bergetar, damai dan dengan penuh syukur kepada Sang Ilahi Tuhan yang telah Menciptakan semesta alam. Didalam diri betanya-tanya, ada bisikan untuk menyukuri segala nikmat pemberiannya. Sehingga hadirlah pertanyaan
“ Masihkah ada alasan untukmu mengeluh menjalani hidup ?”
Shahabat. Getirnya kehidupan, keras, dan beratanya tentu sifatnya subjective. Karena itu semua tergantung bagaimana kita memaknai akan kehidupan. Betapa indah dan bahagianya bila kita mampu memahami dan maknai hidup. Bahwa perjalanan didunia adalah proses menuju titik finish memasuki alam hakiki akhirat. Sehingga kehidupan jadilah ladang amal menajalani peritah dan Larangan Yang Maha Pengasih.
Dan menjadilah KIKHLASAN setiap aktivitas, tantangan, perjuangan dan ujian Tuhan. Karena keikhlasan adalah bukti bahwa kita menerima titipan dan anugerah dari sang Maha Pemberi. Apakah itu berupa pembelajaran kekayaan atau kemiskinan. Kesuksesan atau langkah menujunya. Kesehatan atau sebuah proses mensyukuri betapa berharganya sehat.
Ya Allah engkau yang Maha Pengasih. Kami memohon kepada-Mu. Jadikanlah kami orang-orang yang kuat, tabah dan sabar menjalani amanah-Mu. Sehingga kami terus bisa merenungi pertanyaan-Mu
Dan nikmat tuhan yang manakah engkau dustakan ?
Bogor 12 september 2008